vendredi 5 septembre 2003

Dedication

Banyak orang bilang, menulis sebuah buku itu seperti melahirkan anak. Tapi banyak juga dari beberapa orang itu yang bilang bahwa masa kehamilannya hampir tidak ada. Seorang penulis tiba-tiba masuk ke dalam kerja keras berbulan-bulan sampai buku itu selesai. Dan gue rasa ini berlaku juga buat para pelajar yang harus menulis suatu karya skripsi di akhir tahun kuliahnya. Bedanya.. banyak yang mengutuk karena itu wajib, banyak yang suntuk karena motivasi sering hilang tiba-tiba, banyak yang mengerjakannya dgn hati terpaksa karena kata wajib tadi, dan nggak banyak pula yang akhirnya menyerah. Trus pertanyannya, kenapa buat skripsi nggak dijalanin seperti menulis layaknya penulis-penulis atau seorang ibu yang sedang hamil di atas tadi? Menikmati setiap ide-ide yang keluar, setiap kalimat-kalimat yang diketik, setiap tendangan si jabang bayi..

Gue nggak ngerasain yang namanya masa kehamilan, karena kalau selama 9 bulan seorang ibu nggak pernah nyesal ada jabang bayi diperutnya. Gue ngerasain itu, sering capek, sering males, sering kehilangan motivasi di bulan-bulan ngerjain tugas ini. Ibu itu nggak pernah keluarin anaknya didalam perut buat beberapa minggu karena dia capek, lalu dimasukkin lagi kedalam perutnya lagi. Gue pernah ngeluarin motivasi gue ngerjain skripsi selama satu bulan penuh dan nggak ngerjain apa-apa. Nikmatin hidup. Dan kalau akhirnya semua itu selesai, yang penting dirasakan bukan rasa lega dan puas. Tapi bagaimana gue bisa berterimakasih sama banyak orang disekeliling gue yang banyak sekali bantu dalam doa & dukungan. Gue sempet nyesel kenapa yang namanya remerciements alias dedication di dalam skripsi itu dilarang di kampus gue. Peraturan yang menurut gue aneh buat budaya prancis yang sering penuh dengan basa-basi. Ok, mereka punya alasannya sendiri yang terus terang secara profesional gue akuin benar, tapi setelah lama-lama gue pikir, kalau gue mau berterimakasih, kenapa nggak ditujukan langsung ke orang-orang itu, secara pribadi? Dengan bahasa yang mereka mengerti ketimbang bahasa planet yang gue tulis di skripsi? Dan gue percaya niat baik mereka tulus supaya gue berhasil dan bukan supaya bisa tercantum diskripsi gue semata. Dan gue harap mereka juga percaya, betapa gue berterimakasih atas semua itu.

Manusia boleh sombong sama dirinya sendiri dalam buat sesuatu. Dia justru perlu bersombong. Nggak ada salahnya percaya diri dengan analisa, ide-ide dan prinsip-prinsip yang dianut pada saat berkarya itu tadi. Tapi begitu keluar dari konteks pekerjaannya itu, dia harus sadar, cuma Tuhan yang membuat segala sesuatunya terjadi. Dan cuma keluarga dan sahabat dekat yang bisa menumbuhkan perasaan tenang di masa-masa yang paling kritis.

Hehe, ini mungkin cuma sekedar skripsi yang semua orang juga pasti pernah ngelewatinnya. Mungkin gue kelihatan berlebihan, tapi gue cuma pengen cari makna lain dari pengalaman yg satu ini: nikmatin bersandar sama Yang di Atas, constantly. Nikmatin perhatian dan dukungan orang-orang disekelilingnya dan ngerasain apa impactnya buat gue, constantly. Nikmatin kesombongan gue pada diri sendiri pada saat bekerja, constantly. Nikmatin rasanya jatuh dan nggak bisa ngapa-ngapain lagi, constantly. Dan nikmatin perasaan gue pada saat nulis entry ini. Selalu.. selalu dan selalu.

Postly tribute to everyone: Thanks! Merci beaucoup! Makasihhhh........!

Aucun commentaire: