
Duduk sendirian di dalam metro ligne no.6 adalah kegiatan yang rutin dan biasa saat kota ini harus dilewati dari arah selatan. Ada yang konstan dan terus ditatap mata mulai dari station Charles de Gaule Etoile ke arah kampus. Sepanjang jalan selalu ada garis rel, besi, metal, krom, hitam, coklat, dinding batu, lorong.. naik turun pun sama saja, sampai lewat Passy. Dia menghangat. Lewati pula Bir Hakeim, semakin hangat karena bangunan berkaki empat yang mengemas warnanya di malam hari itu, seperti paham kenapa mata ini capek. Disapa, "Bonjour..ne soit plus triste, ma petite. Passe me voir quand tu veux, que ça soit par cette ligne du metro ou par un simple marche aux pieds. Dan entah kenapa, mata ini makin menghangat. Ada yang terlamun saat dia terpejam beberapa detik. Rangkulan dan elusan dibawah sana ditolak tanpa hati. Mungkin masih meninggalkan bekas di sana sini.
Merci, ma grande Eiffel. Tu restes toujours splendide et élégante, même si parfois j'ignore ton existence..
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire